Postingan

Tahlil dan Kearifan Lokal

Gambar
Oleh HB. Arafat - “ Laa IlaHa IllaAllah ” kami lantunkan sampai banyak kali, sebanyak kali di Kabupaten Demak. Barangkali karena banyak kalinya, banyak pelaku ngising di kali. Maka tak mengherankan jika bupatinya bikin baliho besar yang isinya sudah saya bahas di esaimini sebelumnya. Kalau engkau bingung maksudnya, saran saya, coba engkau buka atau tengok-tengok judul lainnya. Intinya, “ ojo ngising sembarangan ”. “ Laa IlaHa IllaAllah ”, jangan jijik dengan kata “ ngising ” ya, karena “ ngising ” itu salah satu proses yang religius juga. Coba engkau pikir deh, siapa yang mengatur jadwal ngising -mu? Bapakmu, Ibumu, Istrimu, atau engkau sendiri? Kalau engkau tidak bisa menjawab, mari kita pikir lagi, siapa yang menjadwal ngising-nya Prabu Hayamwuruk? Patih Gajah Mada? Istrinya atau staf kerajaan-nya? Tidak bisa jawab kan? Kalau engkau bisa menjawab, pastilah jawabannya Allah. Jadi “ Laa IlaHa IllaAllah ” adalah persetujuan bahwa tidak ada apa-apa selain Allah. Hanya Allah yan

Puisi untuk Gus Dur

Gambar
Oleh HB. Arafat - Selain kenangan-kenangan itu, sebenarnya ada banyak kenangan lain dengan keluarga dan sahabatnya Gus Dur, yang kemudian mengantarkan saya untuk teringat Gus Dur. Dan hari ini, adalah lebaran bagi saya, setelah berpuasa sejak 2009 —ketika Gus Dur sedho — sampai hari ini untuk berziarah ke makam beliau. Ada suatu rasa yang tak bisa saya bahasakan ke dalam kata dan bahasa apa, tapi yang jelas duduk berdekatan dengan beliau saya teramat nyaman. Selain itu, ada sedikit isak tangis yang menetes dari mata, air mata syukur, air mata bahagia, air mata penyesalan, air mata mata air lainnya, yang entah sejatinya rasa apa. Tiba-tiba saya ingin menuliskan puisi, begini: Di Pusara Pejuang Kemanusiaan : Gus Dur adakah yang lebih dalam dari persaudaraan untuk mewujudkan kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, kesatriaan dan kearifan lokal. yang engkau rajut dalam langkah-langkahmu yang gontai tapi tegar kemanusiaan lahir dari persaudaran yang kua

Persaudaraan dan Kenangan

Gambar
Oleh HB. Arafat - Dari persaudaraan, kita mesti menyadari bahwa urgensinya dalam kehidupan sangat sentral. Bahkan ayat-ayat mengenai persaudaraan, hubungan, silaturrahim begitu banyak. Sampai-sampai berdosalah manusia jika mendiam-dinginkan saudaranya selama lebih dari tiga hari tiga malam tanpa harus lapor pada RT setempat. Engkau sendiri tahu, bahwa dari Gus Dur, persaudaraan tidak sebatas pada satu ormas, satu agama, satu negara dan satu jenis makhluk saja. Lebih dari itu, persaudaraan harus kita laksanakan meluas pada alam semesta seisinya. Hal itu sebenarnya sudah di-laku-kan oleh manusia-manusia zaman old Nusantara. Sementara manusia zaman now, persaudaraan hanya sebatas pada media sosial saja. Malangnya lagi, dalam media sosial tidak menjalin persaudaraan malah menjalin pertengkaran. Maka demi terwujudnya persaudaraan lintas makhluk, kami berziarah ke makam-makam, sebagaimana yang Gus Dur laku-kan sebelum kematian menghampiri beliau. Sesampainya di hadapan pusara Gus

Dari Persaudaraan Kebangsaan dan Kemanusiaan Hingga Persaudaraan dengan Nyi Roro Kidul

Gambar
Oleh HB. Arafat - Jadi kalau dia itu saudara setanah air dan sebangsa, yang dalam istilahnya disebut ukhuwah wathaniyyah, engkau tak akan mengaggap saudaramu itu akan makar terhadap bangsamu, anti pancasila, lalu engkau perangi dan benci sejadi-jadinya. Masak ada orang yang memiliki Tuhan dikatakan anti pancasila? Kan tidak logis toh? Kalau pun dia tidak sesuai pandangan mengenai sistem negara yang baik dan yang direstui Allah, janganlah engkau kafir-kafirkan, thagut-thagutkan, haram-haramkan, lalu engkau jauhi sebagai najis dan seolah dia itu bukan saudara sebangsa dan setanah airmu. Kalau bukan saudaramu, mengapa engkau masih menetap di tanah air dan bangsa yang sama? Sudahlah, tak perlu saling membenci, memerangi, menjauhi, memfitnah satu sama lain. Ada hal yang lebih besar dari sekadar sudut pandang dan pemahaman yang sifatnya masih subjektifitas, yakni persaudaraan, khususnya persaudaraan kebangsaan. Persaudaraan yang berdasarkan kesamaan bahwa mencintai tanah air itu s

Melanjutkan Persaudaraan

Gambar
Oleh HB. Arafat - Saya kok malah ngelantur kepada sahabat saya yang bernama asli Umar Afiq, seorang warga PSHT. Padahal kita sedang serius membahas persaudaraan ya cuk! “Cuk” sendiri adalah bentuk kemesraan sesama saudara, bukan begitu cuk? Jadi jangan marah dan jangan lantas memakai pasal 335 Ayat (1), sebab pasal itu sudah dihapus. Jangan marah ya cuk, kita kan saudara—sembari dikasih emot yang pipinya merah merona tanpa banteng moncong putih—. Kalau engkau marah saya panggil “cuk”, saya panggil “akh” saja ya, sebab engkau sukanya “akhi” toh? Mari kita kembali bahas soal persaudaraan yang adil dan beradab, yang diwarisi Gus Dur. Loh, saya kok malah menistakan pancasila, sila ke-2, ampun ya “akh” jangan laporkan pada Abu Janda—kapan perawannya ya?—. Eh, tunggu dulu, saya tidak menistakan pancasila kok, apalagi sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, jadi berbeda dengan yang saya katakan tadi kan? Saya kok tambah ngelanturnya ya, mari kembali kepada persaudara

Terbukanya Gerbang Persaudaraan

Gambar
Oleh HB. Arafat - Setelah satu jam kami menunggu terbukanya pintu makam, tepatnya pukul 14.15 WIB. Kami langsung bergegas masuk ke makam Baginda Maulana Abdurrahman Wahid. Selain Gus Dur, di tempat ini juga berbaring kakeknya yang mendirikan NU, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dan ayahanda Gus Dur, Alkarim ibnal Karim Abdul Wahid Hasyim. Selain ketiga tokoh tersebut yang sudah terlanjur mempengaruhi jutaan manusia Nusantara dalam ajaran Islam Moderat—bukan suatu ajaran baru, namun Islam itu memang moderat—, terbaring seluruh keluarga besar dan abdi ndalem Mbah Hasyim Asy’ari. Mereka adalah pejuang hidupnya islam yang ramah, bukan islam yang marah. Tapi sejak kapan islam marah? Sejak lahirnya front mantan yang tak lekas move on dari peradaban dan perubahan zaman. Islam sendiri berasal dari kata salam yang berarti damai. Maka tidak mengherankan bila Islam menganjurkan setiap pemeluknya untuk menebar salam kepada setiap makhluk—khususnya manusia, lebih khusus lagi kepada umat Is

Dari Gus Dur, Keberanian itu Teplek yang Kadang Menang Kadang Kalah

Gambar
Oleh HB. Arafat - Untuk menegakkan ketauhidan di tanah yang pemimpin dan pejabatnya tidak menyertakan Tuhan dalam kebijakannya, dibutuhkan nilai keberanian. Untuk melaksanakan kemanusiaan di tanah yang tidak memanusiakan manusia dengan praktik buruk pelayanan publiknya dibutuhkan nilai keberanian. Untuk menyatakan keadilan di tanah yang menjunjung tinggi manipulasi dan kedzaliman, nilai keberanian lah yang harus tampil di garda terdepan. Untuk menciptakan kesetaraan di tanah yang tidak menghargai hak dan kewajiban rakyat secara menyeluruh, dibutuhkan juga nilai keberanian. Untuk menghidupi pembebasan, di tanah yang me-makar-kan sedikit usul, gebuk komunitas yang memiliki gagasan perubahan, nilai kesatriaan dan keberanian lah yang dibutuhkan. Nilai keberanian itu hadir pada Gus Dur. Sebab selain beliau, tidak ada yang berani istiqomah dalam nilai itu. Apa engkau temui seorang begawan pasca reformasi yang berani bersikap sederhana selain beliau? Tidak ada kan? Ada kok, nyatany